
Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himakom) FISIP Universitas Tanjungpura menggelar Lokakarya Bahasa Isyarat sebagai upaya mendukung komunikasi inklusif bagi teman-teman tuli. Kegiatan ini dilaksanakan pada Sabtu, 1 Februari 2024 dan turut menghadirkan narasumber dari West Borneo Deaf Community (WBDC)
Ketua pelaksana, Ammar Zuhdi Siddiq, dalam sambutannya menyatakan bahwa lokakarya ini bukan sekadar sesi pembelajaran, tetapi juga ajang membangun kesadaran akan pentingnya komunikasi tanpa hambatan.
“Kita di sini tidak hanya belajar bahasa isyarat, tetapi juga memahami dunia yang sering kali luput dari perhatian,” ujarnya.
Dalam lokakarya ini, peserta dikenalkan pada dua sistem bahasa isyarat yang digunakan di Indonesia, yaitu Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo).

Della, selaku penerjemah bahasa isyarat, menjelaskan bahwa SIBI merupakan bahasa isyarat resmi yang digunakan di Sekolah Luar Biasa (SLB) dengan struktur tata bahasa yang mengikuti Bahasa Indonesia tulis. SIBI menggunakan satu tangan dan memiliki gerakan yang lebih terstruktur.
Sementara itu, Bisindo lebih fleksibel dan berkembang secara alami di komunitas tuli sebagai alat komunikasi sehari-hari. Tidak seperti SIBI, Bisindo menggunakan dua tangan dan memiliki variasi gerakan yang dapat berbeda di setiap daerah.
“Bisindo lebih ekspresif dan mudah dipahami dalam percakapan sehari-hari, sedangkan SIBI lebih sering digunakan dalam lingkungan akademik dan formal,” jelas Della.

Setelah sesi pemaparan, peserta diajak untuk mempraktikkan bahasa isyarat secara langsung. Mereka mulai mengenalkan nama dan daerah asal mereka menggunakan isyarat, didampingi oleh narasumber dan panitia.
Sesi ini tidak hanya memberikan pengalaman baru bagi peserta, tetapi juga memperkuat kesadaran mereka akan pentingnya komunikasi yang lebih inklusif bagi komunitas tuli.
Lokakarya Bahasa Isyarat ini menjadi langkah awal bagi peserta untuk lebih memahami dunia tuli dan pentingnya komunikasi tanpa hambatan. Meski acara telah berakhir, panitia berharap semangat inklusivitas tetap berlanjut dalam kehidupan sehari-hari.
Foto/Narasi: MEDIA dan HUMAS HIMAKOM UNTAN