Skip to content

Dari Jeda ke Juara: Perjalanan Nadia Purnamala Hany Raih Juara II Tari Tidayu di Sintang 2025

Pontianak, 13 Desember 2025 — Festival Tidayu Kabupaten Sintang 2025 kembali menjadi ruang pertemuan budaya yang merayakan keberagaman Tionghoa, Dayak, dan Melayu. Dalam ajang tersebut, Nadia Purnamala Hany mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi angkatan 2023 berhasil meraih Juara 2 Lomba Tari Tradisional Kreasi Etnik Tidayu, sebuah pencapaian yang terasa istimewa, terutama karena ia sempat cukup lama vakum dari dunia tari.

Perasaan bahagia dan syukur menjadi hal pertama yang dirasakan Nadia saat nama sanggarnya diumumkan sebagai pemenang. Ia mengaku tidak menyangka bisa kembali naik ke panggung dan langsung meraih prestasi. “Jujur, aku enggak nyangka bisa dapat juara karena sudah cukup lama enggak nari, mungkin sekitar dua tahun terakhir,” ungkapnya. Meski demikian, kecintaannya pada tari dan budaya membuat momen tersebut terasa sangat berarti. Bagi Nadia, pencapaian ini juga menjadi motivasi untuk menularkan semangat kepada lingkungan sekitarnya, terutama adik-adik di sanggar dan teman-teman sesama pegiat seni.

Menariknya, proses persiapan yang dijalani Nadia terbilang sangat singkat. Ia dihubungi untuk mengikuti lomba sesaat setelah tiba di Sintang. Tanpa waktu panjang untuk berpikir, ia langsung menyanggupi tawaran tersebut. “Persiapan efektif cuma dua hari, karena di hari ketiga kami sudah fokus pemantapan dan gladi,” pungkasnya. Meski serba mendadak, latihan yang dijalani tetap terasa menyenangkan karena dilandasi rasa cinta terhadap seni tari dan budaya lokal.

Tari yang dibawakan Nadia mengangkat konsep keharmonisan budaya Tionghoa, Dayak, dan Melayu yang hidup berdampingan dalam bingkai Tidayu. Melalui gerak tari yang dinamis dan penggunaan properti kipas dengan warna berbeda, ia ingin menunjukkan bahwa keberagaman bukanlah penghalang. “Kami ingin nunjukin kalau keberagaman itu enggak jadi penghalang, tapi justru bisa menyatu dan saling melengkapi,” jelasnya. Nilai kebersamaan, toleransi, dan saling menghargai menjadi pesan utama yang ingin disampaikan lewat penampilannya.

Tantangan tentu tidak bisa dihindari, terutama karena tubuh Nadia harus kembali beradaptasi setelah lama tidak menari. Ia mengakui sempat merasakan kekakuan di awal latihan. Namun, dukungan dari seluruh keluarga besar sanggar anantakupa membuat proses tersebut terasa lebih ringan. Berkat kerja sama dan semangat bersama, penampilan di atas panggung pun dapat dilalui dengan lancar.

Pengalaman tampil di Festival Tidayu Kabupaten Sintang 2025 juga meninggalkan kesan tersendiri bagi Nadia. Meski bukan pertama kalinya mengikuti ajang budaya, persiapan singkat justru membuat pengalaman kali ini terasa lebih seru. Ia kembali bertemu dengan teman-teman dari sanggar lain yang sudah lama tidak berjumpa, sekaligus mendapatkan relasi baru. Suasana festival yang hangat semakin menguatkan kecintaannya pada kegiatan seni dan budaya.

Bagi Nadia, prestasi ini memiliki makna personal yang mendalam. Ia menjadi pengingat bahwa jeda bukan berarti akhir dari sebuah perjalanan. “Berhenti sebentar bukan berarti berhenti selamanya,” ujarnya sederhana. Selama rasa suka terhadap tari masih ada, ia percaya selalu ada ruang untuk kembali dan terus bertumbuh.

Ke depan, Nadia berharap dapat lebih aktif di dunia tari dan terus berkembang bersama sanggar. Ia juga ingin tetap terlibat dalam kegiatan seni dan budaya, bahkan bercita-cita menciptakan karya yang dapat menghubungkan hobinya dengan bidang akademik yang ia tekuni. Menutup ceritanya, Nadia menyampaikan pesan kepada generasi muda agar tidak ragu mencintai budaya sendiri. Menurutnya, budaya lokal memiliki nilai besar dan dapat menjadi ruang positif untuk berekspresi. Selama ada kemauan untuk belajar dan terlibat, budaya akan terus hidup dan berkembang seiring waktu.