Mengusung tema “Cerdas Memilah dan Memilih Tontonan”, Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia bekerjasama dengan Universitas Tanjungpura dan Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak menyelenggarakan Sosialisasi Budaya Sensor Mandiri pada hari Rabu, 8 Juni 2022 di Gedung Konferensi Teater Dua Untan.
Acara yang melibatkan Walikota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, serta civitas akademika Untan ini membahas tentang pentingnya literasi sensor film secara mandiri dalam menentukan tontonan yang sesuai dengan usia penonton. Selain itu, dalam kata sambutannya, Ketua Komisi III LSF RI, Dr. Naswardi, S.E., M.M., M.E menyampaikan bahwa LSF membuka kesempatan bagi mahasiswa yang ingin magang.
“Mendukung program kampus merdeka kami bekerja sama dengan 24 universitas di Indonesia termasuk Universitas Tanjungpura, yang mana LSF menyediakan program magang bagi mahasiswanya” ungkap Naswardi, Rabu (8/6/2022).
Lebih lanjut, Naswardi menerangkan peserta magang kampus merdeka ini akan menempati bidang yang bertugas membahas dan menganalisis aturan lembaga sensor perfilman Indonesia.
“Program magang di LSF dibuka untuk semua jurusan, sudah dilaksanakan sebanyak dua gelombang dan akan terus berlanjut. Peserta magang dapat mengirimkan lamaran pada alamat yang tersedia dan secara khusus akan kami tempatkan untuk membahas, menganalisis aturan LSF Indonesia” ucap Naswardi.
Program magang ini pun disambut baik oleh Rektor Universitas Tanjungpura Prof. Dr. H. Garuda Wiko S.H., M.Si dalam rangka menggalakkan budaya sensor mandiri dan meningkatkan kulitas tontonan di masyarakat Kalimantan Barat melalui peranan mahasiswa.
“Kerja sama antara LSF dan Untan ini merupakan terobosan baru sebagai bentuk merdeka belajar kampus merdeka yang tentunya dapat melahirkan mahasiswa Untan sebagai agen pelopor sensor mandiri di Kalimantan Barat”, ungkap Rektor Untan tersebut.
Walikota Pontianak, Ir. H. Edi Rusdi Kamtono, juga memberikan tanggapan positif akan adanya kerja sama tersebut. Ia menyatakan kerja sama ini dapat membantu meningkatkam peranan mahasiswa sebagai agen perubahan di masyarakat dalam memilih dan memilah tontonan.
“Pemerintah tentu saja mendukung perkembangan perfilman Indonesia, dengan bantuan mahasiswa yang memiliki peran agent of change akan sangat membantu kami dalam mem-protect tontonan masyarakat agar sesuai dengan klasifikasi usianya” pungkas Edi.