Pontianak, 30 Juli 2024 – Pusat Studi Komunikasi Lingkungan (Pusdikomling) Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran bekerja sama dengan Garda Animalia, Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI), dan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura, telah menyelenggarakan Seminar dan Lokakarya Wildlife Journalism Competition (WJC) Sambang Kampus Pontianak 2024.
Acara ini mengusung tema “Interaksi Negatif Manusia-Satwa dari Sudut Pandang Jurnalisme Lingkungan” dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan keterampilan peserta dalam meliput isuisu seputar konflik manusia-satwa liar. Kegiatan berlangsung di Gedung Konferensi Universitas Tanjungpura denganmenghadirkan para
pakar di bidang konservasi, jurnalisme lingkungan, dokter dan medik veteriner.
Sejumlah 54 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Pontianak hadir dan berkesempatan memperdalam pemahaman mereka tentang kompleksitas interaksi negatif antara manusia dan satwa liar, serta bagaimana kondisi hutan sebagai tempat tinggal satwa liar turut memengaruhi interaksi negatif tersebut.
“Hidup kita selalu terhubung dengan berbagai aspek di sekitar. Sebagai bagian dari ekosistem, manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam. Interaksi kita dengan lingkungan dapat berdampak positif atau negatif. Sayangnya, ketidakseimbangan ini dapat memunculkan ancaman seperti zoonosis dan penyakit infeksius baru yang mengintai di sekitar kita, mengingatkan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam,” ujar Ali Rizqi Arasyi, salah satu narasumber yang merupakan Senior Technical Advisor- Surveillance and Risk Analysis FAO ECTAD Indonesia.
Selaras dengan yang disampaikan Ali, medik veteriner YIARI Wendi Prameswari juga menyampaikan pengetahuan kepada peserta mengenai bagaimana pendekatan One Health disalurkan kepada masyarakat sebagai upaya mencegah terjadinya zoonosis. Pembahasan menjadi semakin lengkap ketika dr. Simon menguraikan potensi zoonosis di Kalimantan Barat dari kacamata ahli mikrobiologi.
Acara turut dihadiri Kepala Balai Pengelolaan Hutan Lestari (BPHL) Wilayah III Pontianak Adhi Suprihadi. Dalam kesempatannya, Adhi merunutkan bagaimana sejarah pengelolaan hutan di Indonesia. Ia pun menyebut, konfigurasi pengelolaan hutan meliputi tiga sektor utama, yaitu konservasi, produksi, dan perlindungan.
“Hutan bukan hanya tentang kayu, ada fungsi non-kayu dan nilai lain yang perlu diperhatikan, salah satunya satwa liar yang hidup di dalamnya,” ujar Adhi.
Tidak hanya membahaskonflik manusia-satwa, dampaknya terhadap ekosistem dan masyarakat lokal, serta upaya mitigasi yang telah dilakukan, kegiatan juga dilanjutkan dengan pelatihan jurnalisme lingkungan melalui cerita foto yang disampaikan oleh Wildlife Journalist Victor Fidelis Sentosa.
Koordinator Pelaksana Wildlife Journalism Competition Azizul Rahman berharap, kegiatan ini dapat mendorong perubahan positif dalam dunia jurnalisme.
“Kita hidup di era di mana informasi bergerak cepat dan berdampak luas. Harapan saya, para mahasiswa yang hadir di sini dapat menjadi garda terdepan dalam menyuarakan pentingnya keseimbangan ekosistem dan perlindungan terhadap satwa liar,” ujar Azizul.
Pontianak adalah kota keenam yang disambangi WJC dalam rangkaian roadshow setelah lima kota sebelumnya, yaitu Medan, Riau, Surabaya, Bali, dan Ambon. WJC 2024 mengajak jurnalis muda untuk peduli terhadap isu konservasi melalui cabang kompetisi dokumenter pendek, photo story, dan artikel feature.